Kamis, 20 November 2014

Cerita dari Air Mas


Biarkan saya tetap bisa menikmati pesona Indonesia...................

Di pinggir pantai, duduk di pelantar siang hari yang sepertinya mendung tapi tidak turun hujan. Dikejauhan tampak anak-anak berseragam coklat berjalan menuju rumah masing-masing. Riak air yang tebelah, busa putih yang menguar terlihat di belakang rangkaian papan kayu yang digunakan oleh mereka. Kedai ilmu yang tampak sepi itu menjadi saksi bisu penyambutan mereka. Satu persatu berjalan menaiki tangga memasuki rumah mereka yang bercat biru terbuat dari kayu. Untuk orang lain, tak akan lebih dari sebuah gubuk reyot, rumah semi permanen yang tidak kuat, tapi untuk mereka itulah yang disebut RUMAH. 
Ikan-ikan dibawah juga sepertinya lapar menggapai-gapai ke permukaan air untuk menangkap sesuatu, mungkin udang yang digunakan paman itu. Katanya memancing, tapi tak ada seekorpun yang didapatnya. Hari sedang sial, umpan yang dilemparkan habis termakan oleh hewan yang berenang renang lincah mengejek kami. 
Kehidupan tidak selamanya sulit untuk mereka. Entah mengapa aku mengagumi cara mereka hidup, berhalaman air, berpohon jaring dan tiang tiang keramba, bermanuver dengan perahu, berlarian dengan bebas diatas air. Ah... terkadang pikiran manusia darat seperti mengetahui segalanya, bisa menganalisis segalanya. Suku laut disebut terasing, primitif, tidak layak dengan jalan hidup yang mereka tempuh saat ini. Bahkan mereka menjual suku laut dengan stigma kemiskinan, hidup nomaden, dibuat menetap dengan segala perlengkapan kesehatan, air bersih, pendidikan, uang, dll. Suku laut yang dulu hidup mengembara diatas perahu, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, mencari ikan untuk hidup saat ini, tidak ada sekolah, uang, ataupun politik sebuah konsep yang sangat sederhana. Tapi manusia darat yang sok tahu merumahkan suku laut, mengajari pengenalan tentang uang, tentang kapitalis. 
Sebenarnya saat ini manusia darat bukan memberi mereka hidup layak yang digadang-gadang. Tapi manusia darat sedang menghancurkan satu budaya dan kebiasaan sederhana orang-orang laut.
19 November 2014
Teringat duduk memandang laut di pelantar